letih mencari jalanku jalanmu satu
bahasaku bahasamu?
kubicara dengan gagu
kau memaksaku menari dengan kicau elang
kutakutkan
letih dengan deras arus
inginku cipta tornado yang batu
dan
kulenyapkan kau…………………
CinTa
“Huh!!”, helaan napas yang berat ditumpahkan sesosok tubuh yang terbaring letih di sofa tua ruang tamu . Ditatapnya lagi tulisan berbentuk puisi yang baru dibuatnya. “Ah…Tidak seharusnya aku begini. Bukankah beginilah hidup?” katanya dalam hati.
Rasa marah itu masih ada. Tidak mudah baginya melupakan peristiwa yang baru beberapa jam yang lalu terjadi.
“Nit, boleh minta pulsanya lagi ga?. Aku harus beritahu Mirna kalo ada perubahan jadwal penjemputan Murobbi untuk kajian besok”, katanya di ruang panitia acara Tahun baru Islam, yang penuh dengan dokumen dan kertas warna-warni terhampar.
“ Sehari, satu sms aja yah” jawab Nita dingin sambil tetap menatap angka-angka di nota-nota yang sibuk dipindahkan ke buku anggaran.
Raut mukanya langsung tercekat kaku. Kata-kata itu mungkin biasa. Tapi baginya,itu terlalu kasar untuk keluar dari bibir teman seperjuangannya selama 2 tahun di organisasi ROHIS kampusnya. Terdiam dia dan langsung ditinggalkanya Nita. Dan goresan itu jadi tulisan luka di hatinya.Sakit!.
Dipejamkanya kembali mata, berusaha menghilang dari bayang-bayang peristiwa itu. “Krieet…”, suara pintu kamar di hadapan sofa itu,terbuka.