“If you plan for a year, plant a seed. If for
ten years, plant a tree. If for a hundred years, teach the people. When you sow
a seed once, you will reap an single harvest. When you teach the people, you
will reap a hundred harvests".
(7th Century
BC Chinese philosopher Guan Zhong)
Isu kependudukan
telah lama menjadi topik permasalahan dalam perekonomian dunia. Selama
bertahun-tahun para ekonom dan ilmuwan sosial memperdebatkan konsekuensi dari
pertumbuhan penduduk. Mereka yang berpandangan bahwa pertumbuhan penduduk yang
cepat bukan merupakan masalah memberikan argumen: (a) pertumbuhan penduduk
bukanlah sebuah masalah melainkan keterbelakangan pembangunan lah yang menjadi
pokok masalah. (b) pengurangan pertumbuhan penduduk adalah konspirasi dari
negara-negara kapitalis untuk menjaga negara-negara berkembang tetap bergantung
terhadap mereka. (c) pertumbuhan penduduk merupakan hal yang diinginkan bagi
banyak negara berkembang. Pertumbuhan penduduk bagi kalangan ini merupakan
suatu hal yang positif karena penduduk adalah subjek pembangunan sehingga perekonomian
diharapkan dapat berkembang bila jumlah tenaga kerja yang dimiliki banyak.
Sebaliknya beberapa
kalangan meragukan apakah benar jumlah penduduk yang besar merupakan modal dan aset, ataukah sebaliknya penduduk justru
menjadi beban bagi pembangunan. Hal ini dikarenakan dengan semakin meningkatnya
jumlah penduduk maka pemenuhan akan kebutuhan penduduk tersebut semakin lama akan
semakin banyak . Pandangan pesimis seperti ini didukung oleh teori Malthus yang
menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sementara
pertumbuhan bahan makanan mengikuti deret hitung. Kesimpulan dari pandangan
pesimis ini adalah pada akhirnya bukan
kesejahteraan yang didapat dengan pertumbuhan penduduk tapi justru
kesengsaraan yang akan ditemui jika jumlah penduduk tidak dikendalikan dengan
baik.
Selain itu, isu
kependudukan menarik minat para ekonom dikarenakan penduduk merupakan sumber
daya dalam pembangunan. Dan alokasi serta peningkatan sumber daya adalah subjek
utama ilmu ekonomi. Ketidakseimbangan komposisi penduduk suatu negara ataupun
daerah yang diimbangi dengan produktifitas penduduk akan mengakibatkan
rendahnya pertumbuhan ekonomi. Penduduk merupakan objek pembangunan sekaligus
subjek pembangunan, sehingga permasalahan kependudukan dapat mempengaruhi
kondisi perekonomian baik pembangunan ekonomi dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Todaro dan Smith (2015) mengungkapkan
bahwa indikator pembangunan sebuah negara dilihat dari pendapatan perkapita,
kesehatan, dan pendidikan. Ketiga hal tersebut tentu dipengaruhi oleh bagaimana
jumlah dan kualitas penduduk yang dimiliki. Oleh
karena itu, penduduk dapat dianggap sebagai modal atau sebaliknya sebagai
beban tergantung pada mutu/kualitas penduduk itu sendiri.
Teori modern dari pertumbuhan ekonomi menekankan peran
utama modal manusia (human capital),
khususnya pendidikan dan kesehatan. Namun, hubungan ini tidak terbatas pada tingkat
pertumbuhan pendapatan saja. Peningkatan mutu modal manusia dapat menaikkan produktifitas
pekerja tetapi kenaikan produktifitas pekerja belum tentu berasal dari kenaikan
mutu modal manusia. Dengan disertakannya unsur mutu modal manusia dalam
penawaran tenaga kerja, maka tenaga kerja dapat diproduksi dengan lebih
terarah. Oleh karena itu, adanya peningkatan mutu modal manusia maka penduduk dapat
ditempatkan sebagai aset dan modal pembangunan.
Hubungan antara pendidikan dan pembangunan ekonomi telah
lama diakui dalam literatur pembangunan. Di satu sisi, pendidikan dipandang
sebagai produk dari suatu proses pembangunan yang berkembang dengan sendirinya.
Di sisi lain, pendidikan juga dianggap masukan (input) penting dalam proses pembangunan itu sendiri. Meskipun
pendidikan dianggap penting dalam literatur pembangunan, namun pembangunan
seringkali lebih terfokus pada pertumbuhan pendapatan dengan mengesampingkan
aspek pembangunan lainnya, salah satunya
pendidikan. Banyak hasil penelitian menyarankan bahwa pendidikan tinggi adalah
hal yang relevan bagi pelaksanaan pembangunan di negara-negara berkembang dan
berpendapatan rendah, terutama pembangunan jangka panjang. Sebaliknya Bank
Dunia dan organisasi pembangunan internasional lainnya berpendapat untuk fokus pada
pendidikan dasar terlebih dahulu.
Pendidikan juga berkorelasi dengan beberapa hasil
pembangunan sosial seperti kesehatan, fertilitas, pendidikan anak-anak,
kemampuan untuk mengembangkan diri, belajar atau mengadaptasi teknologi baru
untuk lingkungan setempat, pembangunan institusi/kelembagaan dan rasa
kebangsaan yang pada akhirnya dapat mengurangi kemungkinan
konflik sipil dan menjaga stabilitas politik di suatu negara. Orang-orang
berpendidikan, lebih cepat untuk belajar serta mengadopsi teknologi baru dan mereka
cenderung menjadi inovator dalam suatu negara. Selain itu, pendidikan khususnya pendidikan yang
berkualitas dan tinggi, lebih memungkinkan untuk mendobrak hambatan
tradisional, meningkatkan produktifitas, kesejahteraan penduduk yang pada
akhirnya akan menjadi modal dalam pembangunan. Namun sayangnya, aspek
pembangunan manusia terkadang belum mendapat perhatian serius dalam literatur
pembangunan ekonomi.
Terkait peran pendidikan dalam proses pembangunan, untuk
mendapatkan gambaran secara nyata maka disajikan data empiris parameter pendidikan
dan pembangunan di negara Australia dan Vietnam. Berdasarkan laporan
pembangunan manusia 2015 yang dipublikasikan United Nations Development Programme (UNDP) dalam Human Development Report 2015 - Work for
Human Development, Australia berada pada peringkat kedua dalam capaian
pembangunan manusia pada tahun 2014 setelah Norwegia yang berada pada urutan pertama.
Sementara itu Vietnam berada pada peringkat ke 116 dari 187 negara yang menjadi
objek observasi UNDP. Kedua negara ini dinilai penulis sebagai contoh negara
yang dapat memberikan gambaran peran pendidikan dalam kesuksesan proses
pembangunan di suatu negara.
Pencapaian pembangunan pendidikan di Australia dan
Vietnam akan dibandingkan menggunakan indikator rata-rata lama sekolah (mean years of
schooling) dan indeks pendidikan (education index).
Rata-rata lama sekolah didefinisikan sebagai rata-rata jumlah tahun pendidikan
yang diterima oleh penduduk berusia 25 tahun atau lebih yang dikonversi dari
tingkat pencapaian pendidikan menggunakan durasi resmi setiap tingkat. Indeks pendidikan
adalah rata-rata dari rata-rata tahun lama sekolah (orang dewasa) dan tahun
harapan sekolah (anak-anak) (Expected
years of schooling), yang dinyatakan dalam indeks yang diperoleh dengan
skala maxima bersama. Kedua indikator
tersebut digambarkan dalam grafik pada grafik 1 dan grafik 2.
Pada grafik 1
terlihat bahwa kedua negara memiliki ketimpangan yang tinggi dalam capaian rata-rata lama sekolah penduduknya. Nilai
selisih rata-rata lama sekolah antara kedua negara tersebut pada tahun 2014
mencapai 5,5 tahun dimana penduduk Australia secara rata-rata memperoleh
pendidikan selama 13 tahun sementara di Vietnam hanya mencapai 7,5 tahun. Berdasarkan
data tersebut terlihat bahwa penduduk Australia secara rata-rata dapat menempuh
pendidikan sampai dengan jenjang universitas (pendidikan tinggi). Sementara tingkat
pendidikan penduduk Vietnam secara rata-rata hanya mencapai level menengah
pertama (lower secondary education).
Indeks pendidikan pada kedua negara juga menunjukkan perbedaan
nilai yang sangat signifikan. Indeks pendidikan Australia telah mencapai angka
93,2 persen pada tahun 2014 atau dapat dikatakan hampir sempurna. Sementara
indeks pendidikan Vietnam baru mencapai 57,9 persen pada tahun 2014. Akan
tetapi jika dilihat dari series data kedua negara, jarak yang terbentuk perlahan-lahan
semakin mengecil dikarenakan peningkatan indeks pendidikan Vietnam yang lebih
besar dibandingkan Australia. Hal ini karena angka indeks pendidikan di
Australia yang sudah sangat tinggi sehingga laju pertumbuhannya berjalan lambat.
Perbedaan capaian pendidikan ini tentunya memberikan
dampak yang berbeda terhadap pembangunan di kedua negara. Kualitas pendidikan
yang sudah sangat tinggi di Australia merupakan mutu modal manusia yang sangat
baik dalam meningkatkan produktifitas penduduknya khususnya dalam pembangunan
ekonomi. Selain pembangunan ekonomi, kualitas mutu modal manusia yang tinggi juga
akan memberikan dampak yang positif pada pembangunan sosial seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Salah satu indikator pembangunan ekonomi yang dapat
diukur dan dibandingkan secara empiris adalah produk domestik bruto (gross national product) per kapita. nilai
produk domestik bruto perkapita penduduk Australia dan Vietnam dalam dolar per
tahun disajikan pada grafik 3 dibawah ini.
Grafik 3 memperlihatkan bahwa penduduk Australia memiliki
PDB perkapita yang jauh diatas PDB perkapita penduduk Vietnam. Nilai PDB
perkapita di kedua negara menunjukkan perbedaan produktifitas penduduk yang
sangat tinggi diantara keduanya. Penduduk Australia yang memiliki kualitas
pendidikan yang lebih baik, memiliki PDB
perkapita yang jauh melebihi penduduk Vietnam. Perbedaan produktivitas yang
sangat tinggi diantara kedua negara ditunjukkan dengan perbandingan pendapatan
per kapita mencapai satu berbanding delapan. Data tahun 2013 menunjukkan PDB
perkapita Vietnam hanya sebesar $5.124,5 per kapita per tahun sementara PDB per
kapita Australia mencapai $42.831,1 per kapita per tahun.
Berdasarkan
ulasan data empiris di kedua negara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan
memiliki peran yang sangat strategis dalam peningkatan mutu modal manusia di
suatu negara. pembangunan mutu modal manuasia di suatu negara berbanding lurus
(positif) dengan pembangunan ekonomi negara tersebut. Pada akhirnya penduduk yang
memiliki mutu modal manusia akan memiliki produktifitas yang baik sehingga tidak
akan menjadi beban melainkan akan menjadi aset dan modal dalam pembangunan.
“Human
being represents hands to work, and
not just another mouth to feed”.
President of the United States, George Bush (1991)
DAFTAR PUSTAKA
Afzal, Mohammad. Population
Growth and Economic Development in Pakistan. 2009. The Open Demography Journal (Licensee Bentham Open), Vol. 2, 1-7.
Ananta,
Aris. 1986. Mutu Modal Manusia: Suatu Pemikiran mengenai Kualitas Penduduk.
Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Gyimah-Brempong, Kwabena. 2010. Education and
Economic Development in Africa. Paper prepared for the 4th African Economic Conference October 27-29, 2010, Tunis,
TUNISIA.
Puwanto, Nurtanio Agus. Kontribusi Pendidikan Bagi Pembangunan Ekonomi Negara. 2006. Jurnal
Manajemen Pendidikan, No 02/Th II/Oktober/2006, 1-7
Rochaida, Eny. Dampak
pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi dan keluarga sejahtera di
Provinsi Kalimantan Timur. 2016. Forum Ekonomi, Volume. 18 No. 1 2016, 14-24.
Todaro,
Michael P & Smith, Stephen C. 2015. Economic
Development (12th Edition). London: Pearson Education, Inc.
United Nations Development Programme. 2015. Human Development Report 2015 - Work for
Human Development. New York : UNDP
United Nations Development Programme. Human Development
Data. http://hdr.undp.org/en/data
diakses 17 Desember 2016